Saturday, 16 May 2015

Taksonomi Bloom

Kaum behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom(1956) dan kawan-kawan, adalah sangat bersifat mental.Mereka tidak menjelaskan  kepada para pendidik secara konkrit dan dapat diamati.

Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk mejabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci. Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landshere disimpulkan ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi):
a.       Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan
b.      Taksonomi
c.       Tujuan operasional

1.      Taksonomi Bloom
Bloom dan Kratwhol telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang banyak digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah yaitu :
a.       Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah menfleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.
b.      Prinsip psikologis
Taksonomi hendaknya konsisiten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c.       Prinsip logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d.      Tingkatan tujuan

Tingkatan-tingkatan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkancorak yang netral. Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan.Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah daripada menarik kesimpulan.Atau menghafal, lebih mudah daripada memberikan pertimbangan.

Tingkatan kesulitan ini juga menfleksi kepada kesulitan dalam proses belajar dan mengajar. Sudah banyak diketahui mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua bagian yaitu kognitif domain dan afektif domain (cognitive domain and affective domain).Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidak tertarik pada psikomotor domain karena mereka melihat hanya ada sedikit kegunaannya di Sekolah Menengah atau Universitas (Bloom,1956).Akhirnya Simpson melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor domain.Namun sebenarnya pemisah antara ketiga domain ini merupakan pemisah yang dibuatbuat, karena manusia merupakan satuan kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah segala tindakannya juga merupakan suatu kebulatan.

Saat ini sudah banyak di ketahui oleh umum bahwa apa yang dikenal sebagai taksonomi Bloom (1956) sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari B.S. Bloom Editor M. D. Engelhart, E, Furst, W.H. Hill, dan D.R Kratwohl yang kemudian didukung pula oleh Ralp W. TylerSecara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan :
1)      Kategori tingkah laku yang masih verbal
2)      Perluasan kategori menjadi deretan tujuan
3)      Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (taks) dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.

Ada tiga ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu :
1)      Ranah kognitif (cognitive domain)
2)      Ranah efektif (affektive domain)
3)      Ranah psikomotor (psychomotor domain)
1.      Ranah kognitif
a.     Mengenal ( recognition)
b.    Mengungkap/mengingat kembali (recall)
c.     Pemahaman (comperehension)
d.    Penerapan atau aplikasi (application)
Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.
e.       Analisis (analysis)
Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.Contoh : Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendung dan ada angin kencang tidak segera turun hujan.
f.       Sintesis (synthesis)
Apabila penyusunan soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun kembali (reorganize) hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru.Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi. Contoh :Dengan mengetahui situasi daerah dan milik dalam hal kekayaan bahan mentah serta semangat penduduk disuatu daerah yang kini dapat berkembang pesat menjadi kota pelabuhan yang besar maka kota-kota kecil di pinggir pantai mana yang mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kota pelabuhan yang besar?
g.       Evaluasi (evaluation)
Apabila penyusunan soal bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai sesuatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal. Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama halnya dengan mengukur aspek afektif. Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut dengan “benar/salah” yang didasarkan dalil, hukum, prinsip pengetahuan, sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif menyangkut dengan “baik/buruk” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang bersangkutan.

Sejak tahun 1983 istilah “aspek” ini lebih populer dengan istilah baru yakni “ranah”. Untuk ranah kognitif, Bloom menemukan adanya tingkatan-tingkatan ranah , tersusun dalam urutan meningkat (hierarki) yang bersifat linear. Namun dari beberapa studi lanjut yang dilakukan ahli-ahli antara lain Madaus diketemukan bahwa ranah-ranah tersebut tidak seluruhnya dalam urutan linear.

Beberapa aspek kejiwaan telah disebutkan, sebagian hanya cocok diterapkan di Sekolah Dasar (Ingatan, Pemahaman, dan Aplikasi), sedangkan analisis dan sintesis baru dapat dilatihkan di SLTP, SMU, dan Perguruan Tinggi secara bertahap. Dengan urutan yang ada, memang menunjukkan usaha yang makin kebawah makin berat. Sebagai contoh, untuk melakukan pemahaman, siswa harus terlebih dahulu dapat mengingat atau mengenal kembali. Dan untuk pemahaman, memang dibutuhkan unsur mengenal dan mengingat kembali.

2.      Ranah Afektif
a.       Pandangan atau pendapat (opinion)
Apabila guru mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respons yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi siswa terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta. Contoh: Bagaimanakah pendapat Anda tentang keputusan yang diambil oleh Bapak Lurah dalam situasi di atas?Bagaimanakah tindakan Anda jika seandainya yang menjadi lurah itu Anda?

b.      Sikap atau nilai (attitude, value)
Dalam penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanya mengenai responsnya yang melibatkan sikap atau nilai telah mendalam di sanubarinya, dan guru meminta dia untuk mempertahankan pendapatnya. Contoh: Bagaimana pendapat Anda seandainya semua penjahat yang merugikan masyarakat dan negara, baik yang proletar maupun yang elite diberi hukuman mati saja?Mengapa pendapat Anda demikian?



3.      Ranah psikomotorik
Perkataan psikomotor berhubungan dengan kata “motor, sensory motor atau perceptualmotor”. Jadi, ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk ke dalam klasifikasi gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta komputer. Secara mendasar perlu dibedakan antara dual hal yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Contoh : “Seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat-alat.” “Seberapa terampil para siswa menggunakan alat-alat.” Taksonomi untuk ranah psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow (1972). Menurut Harrow kebanyakan para guru tidak dapat menuntut pencapaikan 100 dari tujuan yang dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai siswa-siswanya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakangerakan yang lebih kompleks sifatnya. Selain yang telah dikemukakan tersebut, Harrow juga memberikan saran mengenai bagaimana melakukan pengukuran terhadap ranah psikomotorik ini. Menurutnya, penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu tersebut diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola ketrampilan yang mencerminkan kemampuan siswa.


No comments:

Post a Comment