Mengajar
merupakan pekerjaan professional yang tidak bisa lepas dari berbagai macam
problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang dinamis. Guru sebagai pendidik
dan pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering menemukan problema-problema
yang dari waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi bila dihubungkan dengan
keperluan perorangan atau kemasyarakatan, maka keaneaan problematika tersebut
makin luas. Sabenarnya problematika tersebut datang dari implikasi dinamika
masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup manusia menuntut
kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri. Akan tetapi
problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai sumber-sumber
penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak terselesaikan.
Oleh
karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru mempunyai banyak problema yang
terkait dengan anak didik, kurikulum, metode pengajaran, dan tuntutan umum yang
lainnya. Dari berbagai dinamika dan problem-problem diatas, guru masih dituntut
untuk bersikap professional, walaupun tidak didukung dengan sarana yang layak,
jadi disini kerja guru ekstra atau harus bekerja secara optimal.
Maka
dari kami pemakalah sekiranya ada kesalahan dan kekurangan baik dalam
pengulasan dan pembahasannya, kami mohon permakluman dan bersedia menerima
saran dan kritik sebagai upaya pembelajaran kami dan semua pihak yang terlibat,
serta harapan kami semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem Instruksional
Model
sistem instruksional adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
yang sering dipakai oleh banyak tenaga pengajar, model instruksional yaitu
suatu model yang terdiri atas empat komponen yang secara hakiki berbeda satu
sama lainnya, model ini menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh
guru sebelum dan sesudah pengajaran dan oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa
suatu model perencanaan dan penilaian dari suatu model “prosedur mengajar”
pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara spesifik dalam bentuk
perilaku siswa.
Kedua
mengadakan penilaian pendahuluan terhadap keadaan siswa pada saat ini dalam
hubungannya dengan tujuan-tujuan instruksional tersebut. Dan ketiga menilai
pencapaian tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.
a. Penentuan
tujuan-tujuan yang spesifik
Tujuan-tujuan
instruksional didalam model-model komponen ini harus dirumuskan secara spesifik
dalam bentuk perilaku akhir siswa. Hampir setiap pendidik mengakui pentingnya
penentuan tujuan, tetapi akhir-akhir inipun hanya sedikit yang menganjurkan
perlunya dirumuskan tujuan itu secara jelas, yaitu tujuan : bagaimana
seharusnya siswa berperilaku pada akhir pengajaran. Model instrusional ini
menuntut agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan secara jelas dan tegas dalam
bentuk perilaku siswa.
b. Penilaian
pendahuluan
langkah
kedua dalam model instruksional ini menuntut agar guru memeriksa perilaku
mula siswa. Istilah penilaian “pendahuluan“ digunakan sebagai pengganti dari
“tes-awal” hanya karena “penilaian pendahuluan” mencakup macam prosedur
penilaian yang lebih banyak dari pada hanya dari pada tes ter tulis. Satu
keuntungan nyata dari penilaian pendahuluan ialah bahwa guru dapat mengetahui
sudahkah siswanya memiliki perilaku yang hendak dikembangkannya. Sangat mungkin
kemampuan siswa lebih besar dari pada yang diduga guru. Kalau itu terjadi waktu
berminggu-minggu terbuang sia-sia karena siswa-siswa “diajarkan” hal-hal yang
sudah mereka ketahui. Dalam arti yang sama, sering pengetahuan mereka jauh
lebih sedikit dari apa yang diduga oleh guru.
c. Pengajaran
setelah
guru mengadakan penilaian pendahuluan, dan barangkali mengubah tujuan-tujuan
instruksional, langkah berikutnya yaitu merencanakan program pengajaran yang
diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Perencanaan ini
memang rumit sekali, namun demikian, sesudah ada pernyataan yang jelas tentang
tujuan apa yang dikehendaki, maka masalah itu menjadi jauh lebih mudah.
d. Penilaian
langkah
keempat dalam model instrusional ini adalah menilai taraf pencapaian
tujuan-tujuan instruksional oleh para siswa. Pada waktu inilah guru menentukan
sudahkah siswa-siswanya seperti yang direncanakan ketika ia merumuskan
tujuan-tujuan. Masalah pengembangan prosedur penilaian tertentu, seperti siapan
suatu tes, sebagian besar pastilah terpecahkan, jika tujuan telah dirumuskan
secara spesifik. Tidak jarang tujuan yang sangat spesifik juga memuat
pernyataan tentang prosedur penilaian. Pada hakikatnya tujuan dan penilaian
seharusnya sama; yaitu butir-butir tes seharusnya disusun sesuai dengan jenis
perilaku yang ditentukan dalam tujuan. Penilaian yang dimaksudkan disini
bukanlah mengenai siswa, melainkan ketetapan keputusan-keputusan yang diambil
oleh guru. Kita tidak berusaha menentukan bahwa ali mendapat “A” atau “B”
tetapi hendak menentukan sudah tepatkah program pengajaran guru dan
pelaksanaannya.
Tujuan
Pembelajaran (PAI) Dengan Sistem Instruksional
Tujuan
instruksional yang dikembangkan pada saat ini adalah tujuan instruksional
ganda, dalam artian bahwa tujuan instruksional ini memiliki dua komponen yaitu
Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
a. Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
Tujuan
instruksional umum ini merupakan tujuan dari kurikuler, ialah tujuan pendidikan
secara umum menjadi tujuan khusus dan operasional, sebab pada dasarnya tujuan
pendidikan hanya dapat mungkin di capai bila tujuan itu di rumuskan ke dalam
rumusan yang khusus dan operasional.
Dalam
kurikulum SLTP 1975 bidang studi agama islam, dapat dilihat bahwa tujuan
kurikuler bidang studi agama islam di SMP yang berjumlah empat belas itu
di jabarkan sehingga menjadi delapan puluh tujuan instruksional umum (TIU).
b. Tujuan
instruksional khusus
Tujuan
ini adalah langkah yang paling akhir dalam upaya membuat rumusan tujuan
pendidikan yang paling khusus dan operasional. tujuan instruksional khusus
(TIK) dapat di artikan sebagai rumusan tujuan yang berisi kualifikasi khusus
yang di harapkan di miliki siswa setelah selesai mengikuti kegiatan belajar
mengajar tertentu. Tujuan instruksional khusus adalah tujuan yang hendak di
capai guru setiap kali mengajar.
Maksud
dari kedua tujuan instruksional ini adalah upaya untuk mengembangkan tujuan
pendidikan secara universal yaitu tujuan pendidikan umum berfokuskan pada semua
mata pelajaran yang ada disetiap sekolah dan madrasah, sedangkan tujuan
instruksional khusus adalah tujuan pembelajaran yang terjadi pada saat
pembelajaran berlangsung (proses pembelajaran), atau komponen-komponen yang
akan dipaparkan untuk mengajar haruslah dikutip atau disajikan dalam berbentuk
lembaran sebelum pelajaran itu berlangsung. Contohnya SAP ( Satuan Acara
Perkuliahan) atau silabus perkuliahan yang disajikan oleh tenaga pengajar.
Implementasi
(Penggunaan) Sistem Instruksional
Penggunaan
sistem instruksional dalam pembelajaran didalam kelas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tahap.
a. Tahap
awal
Tahap
pembelajaran awal ini adalah langkah pertama sebelum materi pembelajaran
berlangsung, yaitu memberikan pencerahan terhadap pola piker siswa tentang apa
yang ingin diajarkan, diberikan bayangan sebelum memasuki tahap yang serius,
tahap awal ini memiliki banyak teori dan metode yang bisa digunakan diantaranya
adalah mengatur tatanan kelas yang nyaman dan epektif seperti group resume
(resume kelompok) prosedurnya dibentuk seperti :
- Bagilah peserta kedalam beberapa
kelompok, terdiri dari 3 sampai 6 anggota.
- Beritahukan kepada mereka bahwa
kelas memiliki kesatuan bakat dan pengalaman yang sangat hebat.
- Memberikan motivasi kepada setiap
kelompok agar aktif dan bervariasi dalam menela’ah materi.[3]
- Inti
Pada
tahapan ini pengajar menguraikan materi yang diajarkan kepada siswa dengan
menggunakan metode dan teknik yang nyaman dan mudah dimengerti oleh siswa
sehingga siswa tidak mudah jenuh dan tidak cepat merasa bosan seperti yang ada
dalam bukunya Mel Silberman yang menawarkan metode aktif dan variable salah
satunya adalah Listening Team (tim pendengar)
- Buatlah kelas menjadi empat
kelompok
- Masimg-masing kelompok diberi
tugas, kelompok pertama sebagai penanya, kelompok kedua sebagai orang yang
setuju, kelompok yang ketiga sebagai orang yang tidak setuju, sedangkan
yang terakhir sebagai pemberi contoh.
- Sampaikan pelajaran yang didasarkan
dengan pelajaran
- Suruhlah tiap-tiap tim untuk
bertanya, sepakat dan sebagainya.
Tahap
Akhir
Setelah
materi diberikan kepada siswa dan waktu telah hamper habis untuk pembelajaran
maka tahapan yang paling akhir ialah bagaimana siswa belajar agar tidak lupa
tentunya dengan berbagai strategi yang bisa digunakan salah satunya adalah
Reviewing Strategies (meninjau ulang).
Salah
satu cara paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah menyertakan
waktu untuk meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah ditinjau
(review) oleh peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih banyak dari materi
yang tidak ditinjau. Hal itu karena peninjauan memudahkan peserta didik untuk
mempertimbangkan informasi dan menemukan cara-cara untuk menyimpannya dalam
otaknya.