Kaum
behavioris (kaum yang mengutamakan tingkah laku), berpendapat bahwa taksonomi
yang dikemukakan oleh Bloom(1956) dan
kawan-kawan, adalah sangat bersifat mental.Mereka tidak menjelaskan kepada para pendidik secara konkrit dan dapat
diamati.
Dalam
pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi
prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi
subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk mejabarkan tujuan umum ini
menjadi tujuan yang lebih terperinci. Beberapa ahli telah mencoba memberikan
cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landshere disimpulkan
ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi):
a. Tujuan akhir atau tujuan umum
pendidikan
b.
Taksonomi
c.
Tujuan
operasional
1.
Taksonomi
Bloom
Bloom dan Kratwhol telah
memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain.
Prinsip-prinsip dasar yang banyak digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah yaitu :
a. Prinsip
metodologis
Perbedaan-perbedaan
yang besar telah menfleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.
b. Prinsip
psikologis
Taksonomi
hendaknya konsisiten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c. Prinsip
logis
Taksonomi
hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d. Tingkatan
tujuan
Tingkatan-tingkatan
tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.Tiap-tiap jenis tujuan
pendidikan hendaknya menggambarkancorak yang netral. Atas dasar prinsip ini
maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat
kesulitan.Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah daripada menarik
kesimpulan.Atau menghafal, lebih mudah daripada memberikan pertimbangan.
Tingkatan
kesulitan ini juga menfleksi kepada kesulitan dalam proses belajar dan
mengajar. Sudah banyak diketahui mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua
bagian yaitu kognitif domain dan afektif domain (cognitive domain and
affective domain).Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidak tertarik
pada psikomotor domain karena mereka melihat hanya ada sedikit kegunaannya di
Sekolah Menengah atau Universitas (Bloom,1956).Akhirnya Simpson melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor
domain.Namun sebenarnya pemisah antara ketiga domain ini merupakan pemisah yang
dibuatbuat, karena manusia merupakan satuan kebulatan yang tidak dapat
dipecah-pecah segala tindakannya juga merupakan suatu kebulatan.
Saat
ini sudah banyak di ketahui oleh umum bahwa apa yang dikenal sebagai taksonomi
Bloom (1956) sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang
terdiri dari B.S. Bloom Editor M. D. Engelhart, E, Furst, W.H. Hill, dan D.R
Kratwohl yang kemudian didukung pula oleh Ralp W. TylerSecara garis besar,
Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan
:
1) Kategori tingkah laku yang masih
verbal
2)
Perluasan
kategori menjadi deretan tujuan
3) Tingkah laku konkret yang terdiri
dari tugas-tugas (taks) dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan
butir-butir soal.
Ada
tiga ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya
disebut taksonomi yaitu :
1) Ranah kognitif (cognitive
domain)
2)
Ranah
efektif (affektive domain)
3)
Ranah
psikomotor (psychomotor domain)
1.
Ranah
kognitif
a. Mengenal ( recognition)
b. Mengungkap/mengingat
kembali (recall)
c. Pemahaman (comperehension)
d. Penerapan atau aplikasi (application)
Untuk
penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi
atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan,
cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya
secara benar.
e.
Analisis
(analysis)
Dalam
tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi
yang kompleks atas konsep-konsep dasar.Contoh : Siswa disuruh menerangkan apa
sebab pada waktu mendung dan ada angin kencang tidak segera turun hujan.
f.
Sintesis
(synthesis)
Apabila
penyusunan soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan pertanyaan
disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun
kembali (reorganize) hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan
suatu struktur baru.Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis
ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi. Contoh :Dengan mengetahui
situasi daerah dan milik dalam hal kekayaan bahan mentah serta semangat
penduduk disuatu daerah yang kini dapat berkembang pesat menjadi kota pelabuhan
yang besar maka kota-kota kecil di pinggir pantai mana yang mempunyai potensi untuk
menjadi sebuah kota pelabuhan yang besar?
g. Evaluasi (evaluation)
Apabila
penyusunan soal bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai sesuatu kasus yang
diajukan oleh penyusun soal. Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek
kognitif ini tidak sama halnya dengan mengukur aspek afektif. Mengevaluasi
dalam aspek kognitif ini menyangkut dengan “benar/salah” yang didasarkan dalil,
hukum, prinsip pengetahuan, sedangkan mengevaluasi dalam aspek afektif
menyangkut dengan “baik/buruk” berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh
subjek yang bersangkutan.
Sejak tahun 1983 istilah “aspek”
ini lebih populer dengan istilah baru yakni “ranah”. Untuk ranah kognitif,
Bloom menemukan adanya tingkatan-tingkatan ranah , tersusun dalam urutan meningkat
(hierarki) yang bersifat linear. Namun dari beberapa studi lanjut yang
dilakukan ahli-ahli antara lain Madaus diketemukan bahwa ranah-ranah tersebut
tidak seluruhnya dalam urutan linear.
Beberapa
aspek kejiwaan telah disebutkan, sebagian hanya cocok diterapkan di Sekolah Dasar
(Ingatan, Pemahaman, dan Aplikasi), sedangkan analisis dan sintesis baru dapat dilatihkan
di SLTP, SMU, dan Perguruan Tinggi secara bertahap. Dengan urutan yang ada, memang
menunjukkan usaha yang makin kebawah makin berat. Sebagai contoh, untuk melakukan
pemahaman, siswa harus terlebih dahulu dapat mengingat atau mengenal kembali.
Dan untuk pemahaman, memang dibutuhkan unsur mengenal dan mengingat kembali.
2.
Ranah
Afektif
a.
Pandangan atau pendapat (opinion)
Apabila
guru mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka pertanyaan
yang disusun menghendaki respons yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat
pribadi siswa terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta. Contoh:
Bagaimanakah pendapat Anda tentang keputusan yang diambil oleh Bapak Lurah
dalam situasi di atas?Bagaimanakah tindakan Anda jika seandainya yang menjadi
lurah itu Anda?
b.
Sikap atau nilai (attitude, value)
Dalam
penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanya mengenai responsnya yang
melibatkan sikap atau nilai telah mendalam di sanubarinya, dan guru meminta dia
untuk mempertahankan pendapatnya. Contoh: Bagaimana pendapat Anda seandainya
semua penjahat yang merugikan masyarakat dan negara, baik yang proletar maupun
yang elite diberi hukuman mati saja?Mengapa pendapat Anda demikian?
3.
Ranah
psikomotorik
Perkataan psikomotor berhubungan
dengan kata “motor, sensory motor atau perceptualmotor”. Jadi, ranah
psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya
tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk ke dalam klasifikasi gerak disini
mulai dari gerak yang paling sederhana yaitu melipat kertas sampai dengan
merakit suku cadang televisi serta komputer. Secara mendasar perlu dibedakan
antara dual hal yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities).
Contoh : “Seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat-alat.” “Seberapa
terampil para siswa menggunakan alat-alat.” Taksonomi untuk ranah psikomotorik
antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow (1972). Menurut Harrow kebanyakan
para guru tidak dapat menuntut pencapaikan 100 dari tujuan yang dirumuskan
kecuali hanya berharap bahwa keterampilan yang dicapai siswa-siswanya akan
sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakangerakan yang
lebih kompleks sifatnya. Selain yang telah dikemukakan tersebut, Harrow juga
memberikan saran mengenai bagaimana melakukan pengukuran terhadap ranah psikomotorik
ini. Menurutnya, penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa harus
dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu tersebut
diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola ketrampilan
yang mencerminkan kemampuan siswa.